Oleh: Winarni, S.Si., M.Si*
(Dosen Matematika Institut Teknologi Kalimantan)
Beberapa tahun terakhir, Balikpapan berkembang cukup pesat. Baik pembangunan insfrastruktur, jumlah penduduk, jumlah pendatang, serta jumlah kendaraan bermotor. Jika tak diantisipasi, suatu saat kota ini bisa menjadi kota macet. Seperti Jakarta atau Surabaya. Apalagi, medan jalan di Balikpapan yang naik turun. Posisi macet di jalan yang menanjak sangat rawan kecelakaan beruntun.
Sepanjang 2015, jumlah pertumbuhan penduduk di Balikpapan meningkat 4,22 persen. Data Dinas Penduduk dan Catatan Sipil (Disdukcapil) menunjukkan pada 2014 jumlah penduduk sekitar 703.915 jiwa dan tahun 2015 mengalami kenaikan menjadi 736.807 jiwa. Seiring makin bertambahnya tingkat mobilitas masyarakat, fasilitas transportasi umum menjadi salah satu sarana vital yang dibutuhkan.
Sarana angkutan umum dalam kota yang bisa dinikmati masyarakat dengan tarif terjangkau semua lapisan masyarakat adalah angkot (angkutan kota). Namun daya angkutnya antara 10-12 penumpang bisa dikatakan sudah tidak sesuai lagi.
Apalagi dengan layanan yang jauh dari kata memuaskan. Panas, bau tak sedap, waktu tunggu tak menentu, nge-tem sembarangan, belum lagi ditambah full music ajeb-ajeb yang memusingkan. Ada juga bus umum tetapi sangat jarang dan rute sangat terbatas. Bisa dibilang masih jauh dari layanan transportasi umum yang memadai.
Masyarakat di kota ini umumnya masih terbiasa menggunakan kendaraan pribadi baik mobil maupun sepeda motor. Mungkin untuk saat ini masih belum menjadi masalah. Tetapi ke depan masalah transportasi akan menjadi masalah.
Kondisi jalan-jalan utama di Balikpapan seperti di Jalan Jenderal Sudirman, Jalan MT Haryono, Jalan Achmad Yani dan pertigaan Kariangau Km 5 sudah mengalami kemacetan di jam-jam sibuk. Karena setiap tahun jumlah kendaraan di Balikpapan terus mengalami peningkatan. Sedangkan penambahan ruas jalan bisa dikatakan nyaris tidak ada. Data Ditlantas Polda Kaltim, jumlah kendaraan bermotor di Balikpapan pada 2011 lalu mencapai 38.816 unit masing-masing sepeda motor 30.156 unit, mobil penumpang 4.493 unit serta mobil beban (truk) sebanyak 4.069 unit.
Perlu dipikirkan sistem transportasi massal yang terintegrasi antar moda transportasi, yang strongly connected menghubungkan bandara, terminal, pelabuhan dan tempat-tempat pusat aktivitas masyarakat, seperti perkantoran, kampus, sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
Terkait penyelenggaraan angkutan umum, Menteri Perhubungan menegaskan perlunya dilakukan pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM). Dengan prinsip penyelenggaraan “Safe, Fastest, Cheap, Biggest”. Permasalahan lalu lintas yaitu kemacetan harus segera dicarikan solusi. Karena masalah lalu lintas dan transportasi ini bisa berimbas pada sektor lainnya seperti sektor ekonomi dan bisnis dan lainnya.
Pemerintah bisa berkaca pada kota-kota di negara-negara yang sudah menerapkan sistem transportasi massal yang terintegrasi dengan baik. Ketersediaan transportasi umum yang memadai adalah salah satu wujud layanan pemerintah kepada masyarakat. Bukan untuk tujuan komersial semata. Hal ini harus menjadi perencanaan tata kota.
Komitmen yang tinggi menjadi syarat mewujudkan sistem transportasi massal yang baik dan manusiawi. Pajak yang ditarik dari masyarakat harusnya sebagiannya digunakan untuk layanan transportasi massal. Paling tidak untuk mengurangi tarif transportasi umum yang dikenakan kepada masyarakat. Bahkan dengan layanan transportasi umum yang manusiawi. Mereka yangdisabilitas dilayani sedemikian rupa sehingga tetap bisa bepergian sendiri dengan transportasi umum. Hal itu yang dilakukan pemerintah di Salt Lake City, Amerika Serikat.
Di kota itu, masyarakat tidak membayar mahal untuk menikmati fasilitas transportasi umum yang terintergrasi, nyaman dan manusiawi. Bahkan pelajar/mahasiswa dan lansia dapat fasilitas gratis.Karena sudah diperhitungkan dalam biaya kuliah dan pajak. Memang tidak sedikit biaya yang harus diperlukan untuk membangun sistem ini dan juga untuk operasionalnya. Contoh lainnya, di Berlin-Jerman, pemerintah mengeluarkan biaya sekitar Rp 14 triliun per tahun untuk membiayai sistem transportasi Berlin demi mengantisipasi dan mengatasi masalah kemacetan yang bisa berimbas ke banyak masalah lainnya. Banyak lagi contoh di negara-negara lainnya.
Tanpa sistem transportasi massal yang baik, kemacetan pasti terjadi. Kemacetan akan berimbas pada masalah pada sektor ekonomi, mobilitas, tingkat stres, produktifitas masyarakat dan lainnya.
Layanan transportasi massal yang saat ini masih belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat dengan baik akhirnya menjadi peluang maraknya bisnis jasa transportasi online di Jakarta dan berkembang ke kota-kota besar lain di Indonesia termasuk Balikpapan. Tetapi, berujung polemik antara pengelola taksi argo dengan jasa taksi online. Dan antara jasa ojek konvensional dengan ojek online.
Di satu sisi, munculnya layanan jasa transportasi online memberi solusi kreatif untuk kebutuhan transportasi masyarakat. Tetapi di sisi lain hal ini tidak memberi solusi masalah kemacetan, tapi justru berpotensi memperparah kemacetan. Juga masalah lain terkait energi, polusi udara, kriminalitas dan lain-lain. Jadi, pengembangan layanan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) yang terintergrasi dan manusiawi merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipikirkan bersama, khususnya oleh pemerintah.
tulisan ini telah dimuat di: https://kaltim.prokal.co/read/news/298347-sistem-transportasi-massal-kebutuhan-mutlak